Potensi Bisnis Batik Tulis yang Menjanjikan

PRODUK berbasis budaya telah terbukti memiliki pasar tersendiri yang tak pernah mati. Potensi itulah yang digarap Susan Dewijanarko, pemilik usaha Lumbung Batik Purwanti, secara turun-temurun.

“Jika kita mau menghidupi batik, kita juga akan dihidupi oleh batik,” ujar Susan belum lama ini.



Falsafah yang dianutnya itu menunjukkan betapa yakinnya Susan akan bisnis batik yang digelutinya, juga yang ditekuni entah berapa banyak pengusaha batik lainnya di Indonesia.

Diakui dunia sebagai warisan budaya khas negeri ini, batik yang kaya akan nilai artistik tinggi dengan sendirinya memiliki potensi finansial yang besar. Berlokasi di Dusun Pundungrejo, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Batik Purwanti yang didirikan oleh ibunya pada 1968 bertahan sebagai lumbung uang keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

“Saya generasi kedua di usaha ini. Bisnis ini tetap kami jalani karena memberikan lapangan kerja pada masyarakat sekitar,” papar Susan.

Susan mengatakan, batik yang diproduksinya adalah batik tulis dan batik cap. Menurut dia, workshop batiknya sengaja tidak memproduksi dan menjual batik cetak (printing) untuk menjaga komitmen nguriuri (melestarikan) batik. Susan menegaskan, bertahan pada batik tradisional tidak membuat produknya kalah oleh batik kebanyakan yang dijual di pasar-pasar.

Bahkan, jelas Susan, demi mempertahankan kualitas, bengkel batiknya selain menggunakan pewarna sintetis, juga bertahan memakai pewarna alami yang berasal dari tetumbuhan, baik berupa kayu-kayuan maupun biji-bijian. Secara keseluruhan, terdapat sembilan jenis batik yang diproduksi dari bengkel batiknya di Klaten.

Produk-produk tersebut bervariasi, mulai dari kain, hingga beragam produk jadi berbahan mori, katun, sutera, paris, lurik, dan lainnya. Selain menghasilkan beragam model produk, Susan mengatakan, kelebihan dari Batik Purwanti terletak pada konsistensi warna yang dihasilkan.

Susan mengakui, warna yang cemerlang dan khas pada batiknya adalah hasil dari pergelutannya dengan batik selama bertahun-tahun. Selain itu, imbuh dia, perajin batik tak boleh lalai berinovasi dan bereksplorasi menciptakan corak, motif, desain, dan warna. Tanpa itu, tegas dia, sulit membuat produk tetap laku di pasaran.

“Kadang-kadang ketika dalam proses membuat suatu motif terjadi kesalahan, namun dari situ kadang kita malah mendapatkan warna yang aneh yang justru banyak disukai konsumen. Mungkin karena hasilnya yang kelihatan unik, makanya disukai,” tuturnya.

Soal pemasaran, Susan mengaku kini pihaknya tak lagi mengalami kesulitan. Namun, kata dia, hal itu merupakan hasil sebuah proses panjang mengembangkan jalur distribusi. Susan bercerita, awalnya area pemasaran yang dirintis ibunya adalah Kota Solo dan Pasar Klewer melalui sejumlah pedagang batik yang menjadi penampung produknya.

Dia melanjutkan, lama kelamaan produknya semakin dikenal sehingga langganannya pun bertambah dari Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, bahkan Kalimantan, dan Papua.

Strategi pemasaran yang dilakukan, kata dia, awalnya hanya promosi dari mulut ke mulut. Setelah mulai dikenal, Batik Purwanti pun percaya diri membuka sejumlah ruang pamer (showroom) dan memasarkan pada sejumlah galeri batik di Yogyakarta dan Semarang.

Demi mengikuti zaman,Susan mengaku, pihaknya tak ragu mengakomodasi setiap potensi pemasaran yang ditawarkan perkembangan teknologi. Kini, pemasaran batik produksinya juga merambah dunia maya melalui situs yang dibuatnya dan melalui media jejaring sosial seperti facebook dan lainnya.

Kini, Susan mampu mempekerjakan sekira 100 pekerja di workshop (bengkel) batiknya. Kendati kini telah berdiri mantap, usaha batik yang didirikan keluarganya bukan berarti selalu berjalan mulus. Susan menegaskan, walaupun potensial, usaha ini juga memiliki risiko, mulai dari yang umum dalam bisnis seperti ditipu oleh konsumen, hingga yang tak terduga seperti anjloknya pasar.

Susan mengenang saat pesanan produk batiknya anjlok akibat krisis ekonomi 1998. Saat itu, kata dia, pesanan surut dan harga bahanbahan bakunya melambung akibat terpuruknya rupiah.Kemudian, peristiwa tak terduga saat teroris meledakkan bom di Bali, bisnisnya pun sempat terganggu.

Betapa tidak, Batik Purwanti yang salah satunya mengandalkan penjualan kepada turis asing harus bersabar saat kedatangan mereka merosot drastis. “Di Yogyakarta galeri-galeri langganan kami tamunya adalah wisman semua, otomatis order kami pun menyusut,” katanya.

Tapi, pascaditipu, terpuruk saat krisis ekonomi, dan bom Bali, Susan berhasil bangkit kembali. Bahkan, sekarang usahanya relatif stabil dan cenderung meningkat.Tak salah jika Susan berfalsafah bahwa batik yang dihidupkannya juga betul-betul ganti menghidupinya.
Like This Post?
And Share
Bookmark and Share

Related Post



Posted by azam on 4:57 PM. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

0 comments for Potensi Bisnis Batik Tulis yang Menjanjikan

Leave comment

Recent Entries

This Week's Most Popular Posts

Baca Juga

    Send Your Coment/Like Juel news On Facebook

    Recent Comments

    Pilihan Editor

    Juel News - Suported By Raudlatul Qur'an